Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kenapa Menjaga Hutan Penting?




Bagi sebagin orang di Indoensia setiap kali hujan turun sepanjang malam dan sungai mulai meninggi, ada ketegangan yang muncul di benak warga yang tinggal dekat lereng atau bantaran sungai: apakah banjir bandang akan datang? Apakah tanah akan bergerak? Kita hidup di negeri yang kaya hutan, namun ironisnya juga menjadi salah satu negara yang paling sering dilanda bencana ekologis. Dan di balik setiap bencana itu, selalu ada cerita yang sama: hilangnya tutupan hutan yang seharusnya menjadi pelindung paling setia bagi manusia. Termasuk Bencana banjr dan tanah longsor yang terjadi di  eberepa titik Sumatera beberapa hari terakhir.

Banyak orang mengira bahwa bencana seperti banjir, longsor atau kekeringan adalah takdir alam. Namun sains justru menunjukkan hal sebaliknya. Penelitian berkelas internasional dari Nature, Science, hingga Springer memperlihatkan bahwa hutan memiliki fungsi ekologis yang jauh lebih besar daripada sekadar “kumpulan pohon”. Ia adalah benteng alami yang menjaga tanah tetap kokoh, air tetap teratur, udara tetap bersih dan iklim tetap stabil. Ketika benteng itu dirusak, alam membalas dengan cara yang paling keras.

Hutan bekerja seperti spons raksasa. Akar-akar pohon menyerap air hujan, menyimpannya di dalam tanah dan melepaskannya secara perlahan ke sungai. Mekanisme sederhana ini yang melindungi kita dari banjir bandang. Sebuah studi yang diterbitkan di Global Change Biologyoleh Bradshaw dkk. (2007) menunjukkan bahwa negara dengan kehilangan hutan terbesar memiliki tingkat kejadian banjir paling tinggi. Hutan bukan hanya penyerap air, tetapi juga “pengatur ritme” siklus hidrologi. Ketika hutan ditebang, air kehilangan rumahnya.

Tanah yang kehilangan tutupan pohon juga kehilangan penyangganya. Penelitian Sidle & Ochiai (2006) menegaskan bahwa hilangnya akar pohon membuat struktur tanah menjadi rapuh, sehingga mudah longsor bahkan saat hujan tak terlalu deras. Akar bekerja seperti jaring penahan, tanpa itu, tanah hanyalah materi lepas yang siap bergerak kapan saja. Inilah alasan kenapa banyak wilayah yang dulu aman kini berubah menjadi zona rawan hanya dalam hitungan tahun.

Hutan juga merupakan mesin pengatur iklim. Studi klasik oleh Bonan (2008) di Science menunjukkan bahwa hutan tropis mampu menurunkan suhu, memperbaiki kelembapan udara, dan mempengaruhi pola angin secara signifikan. Ketika hutan hilang, suhu lokal meningkat, awan berkurang, dan siklus hujan terganggu. Efeknya bukan hanya kekeringan, tetapi juga kebakaran hutan yang kemudian menimbulkan bencana baru: kabut asap. Kita menyaksikan sendiri bagaimana Sumatra dan Kalimantan berulang kali dilanda asap pekat yang merusak kesehatan jutaan orang sebuah tragedi ekologis yang berakar dari hilangnya hutan.

Yang tak kalah penting, hutan adalah penahan emisi karbon alami. Penelitian Pan dkk. (2011) di Science menyimpulkan bahwa hutan tropis menyimpan cadangan karbon terbesar di bumi. Ketika hutan hilang, karbon itu terlepas ke atmosfer, mempercepat pemanasan global. Dan pemanasan global tak perlu menunggu satu abad untuk terasa perubahan kecil saja sudah cukup mengubah pola badai, menguatkan curah hujan ekstrem, dan memperbesar risiko bencana iklim.

Namun hutan tidak hanya menjaga bentang alam hutan juga menjaga manusia. Dalam laporan IPBES (2019), kerusakan hutan berkorelasi dengan meningkatnya penyakit zoonosis. Ketika habitat satwa rusak, virus yang sebelumnya berada jauh di dalam ekosistem hutan masuk ke pemukiman manusia. Dari SARS hingga COVID-19, dunia belajar bahwa kerusakan lingkungan bukan hanya memicu bencana alam, tetapi juga bencana kesehatan. Di tengah krisis ini, Indonesia sebenarnya punya kesempatan emas untuk berubah. Kita masih memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia, rumah bagi ribuan spesies, penyerap karbon raksasa dan pelindung alami dari bencana. Namun tanpa perubahan cara pandangbahwa hutan bukan komoditas, melainkan sistem penopang hidup kita hanya akan menjadi penonton yang menyaksikan hutan perlahan hilang dan bencana terus datang bergantian.

Pada akhirnya, menjaga hutan adalah menjaga diri sendiri. Bukan sekadar isu lingkungan, bukan pula agenda aktivis. Ini adalah urusan hidup dan mati. Tanpa hutan, kita kehilangan benteng pertama yang menjaga tanah tetap kokoh, air tetap mengalir teratur, udara tetap segar dan iklim tetap bersahabat. Hutan adalah teman paling tua bagi manusia sayangnya, terlalu sering kita mengkhianatinya. Dan seperti semua teman yang lelah, alam tahu bagaimana cara mengingatkan.

Posting Komentar untuk "Kenapa Menjaga Hutan Penting?"